Biji buah kelor (Moringa oleifera)
mengandung zat aktif rhamnosyloxybenzil isothiocyanate, yang mampu
mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam
yang terkandung dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di
negeri Sudan untuk menjernihkan air dari anak sungai Nil dan tampungan air
hujan ini di masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam
dan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh PDAM setempat.Serbuk biji buah kelor
ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur logam berat
yang cukup tinggi dalam air,shingga air tersebut memenuhi standar baku air
minum dan air bersih.Menurut
penelitian terhadap sungai Mahakam, kandungan logam besidalam air yang
sebelumnya mencapai 3,23mg/l, setelah dibersihkan denganserbuk biji kelor
menurun menjadi 0,13mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu
0,3 mg/l dan standar mutu air bersih 1,0mg/l. Sedangkan tembaga (Cu) yang semula
1,15mg/l menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air
minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dankandungan logam
mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04mg/l, telahmemenuhi standar baku
mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.
Selain itu, berdasrkan hasil uji
sifat fisika, kualitas air sungai Mahakamdengan Parameter kekeruhan semula
mencapai 146NTU, setelah dibersihkandengan serbuk biji kelor menurun menjadi
7,75 NTU, atau memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan,
yaitu 25 NTU. Untuk parameter warna yangsemula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75
Pt.Co, atau telah memenuhi standar bakumutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co
dan 50 Pt.Co. Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma
kelor yangkhas masih terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus
ditambahkanarang.Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.
PROSES
1. Air dan Cara Mengolahnya
Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan
alam yang mutlak dibutuhkan oleh mahluk hidup guna menopang kelangsungan
hidupnya dan memelihara kesehatannya. Air yang mengisi lebih dari dua pertiga
bagian dari seluruh permukaan bumi, memberi tempat hidup yang 300 kali lebih
luas dari pada daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak
dapat langsung digunakan untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang
merupakan air manfaat yang dapat dipergunakan sebagai air bersih, untuk menjadi
air bersih / air minum harus mengalami suatu Teknologi.
Teknologi yang diterapkan mulai dari pengambilan air baku,
pengolahan air untuk menjadi air bersih yang sangat tergantung kualitas sumber
air baku, kemudian melaui system distribusi melalui perpipaan ke area
pelayanan.Pengolahan Air dilakukan pada air baku yang pada hakekatnya tidak
memenuhi standar kualitas air minum/bersih yang berlaku, sehingga unsur-unsur
yang tidak memenuhi standar perlu dihilangkan ataupun dikurangi, agar seluruh
air memenuhi standar yang berlaku. Hal ini dilaksanakan dengan pengolahan air.
Teknologi untuk pengolahan air yang sangat tergantung dari sumber air baku
dengan kualitas air yang bermacam-macam untuk dapat diolah.
Pusat-pusat pengolahan air perkotaan atau municipal water
treatment dengan skala besar mengolah air dengan cara menambahkan senyawa kimia
penggumpal (coagulants) ke dalam air kotor yang akan diolah. Dengan cara
tersebut partikel-partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan
yang lebih besar lalu mengendap. Baru kemudian air di bagian atas yang bersih
dipisahkan untuk digunakan keperluan sehari-hari.Namun demikian, zat kimia
penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpencil.Andaipun
ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat setempat. Salah satu air
yang dikonsumsi warga pada umumnya adalah air sungai.
Namun, sungai-sungai tersebut tak sepenuhnya layak untuk
dikonsumsi . Tidak sedikit sungai yang tercemar oleh limbah industri sehingga
komposisi dan kandungan air sungai tersebut dapat membahayakan kesehatan mereka
yang mengkonsumsinya. Ini patut dicegah .Mengapa ? Karena jika warga
terus-menerus menggunakan air sungai keruh ini , dikhawatirkan dapat menurunkan
tingkat kesehatan warga . Jika tingkat kesehatan warga menurun , hal ini juga
dapat meningkatkan tingkat kematian warga. Ini dapat menunjukkan bahwa indeks
kesehatan warga masih sangat rendah.
Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah
penggunaan koagulan alami dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di
sekitar kita. Penelitian dari The Environmental Engineering Group di
Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi penggunaan
berbagai koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, menengah, dan
besar. Penelitian mereka dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung biji
tanaman Moringa oleifera.Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara,
tetapi sekarang sudah menyebar ke mana-mana ke seluruh kawasan tropis, termasuk
Indonesia.Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor dengan
daun yang kecil-kecil.
2. Tanaman Kelor
Nama
umum
Indonesia : Kelor, limaran (Jawa)
Inggris : Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree
Melayu : kalor, merunggai, sajina
Vietnam : Chùm ngây
Thailand : ma-rum
Pilipina : Malunggay
Indonesia : Kelor, limaran (Jawa)
Inggris : Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree
Melayu : kalor, merunggai, sajina
Vietnam : Chùm ngây
Thailand : ma-rum
Pilipina : Malunggay
Klasifikasi
Kelor
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera
Kelor (Moringa oliefera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang
dapat memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Di Jawa, Kelor sering dimanfaatkan
sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak
terlalu besar.Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi
mempunyai akar yang kuat.Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk
bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai.
Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang
mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya
berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna
hijau.Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak.Buah kelor
berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa).Buahnya pula
berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan keras serta berukuran 120 cm
panjang. Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut
blendok (Jawa).
Budidaya tanaman Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan
yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat
tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya
dalam waktu 1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji
maupun dari stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak
subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami
musim kekeringan yang panjang.
Meskipun begitu, tanaman moringa juga dapat tumbuh di daerah
berhawa sejuk seperti perbukitan, kaki gunung, lereng gunung, maupun di daerah
pegunungan. Apalagi jika di daerah dataran tinggi masih terdapat gunung yang
aktif, itu dapat menyuburkan tanah yang dapat membantu mempercepat pertumbuhan
dan perkembangan tanaman moringa / kelor walaupun tidak sebagus dan tidak
secepat mengembang biakkannya di kawasan gersang dan lahan kritis karena
tanaman moringa merupakan salah satu tanaman yang mampu berkembang di daerah
kritis seperti di daerah Madura , Nusa Tenggara , Maluku , dan Irian Jaya .
Tanaman ini juga cocok dikembangkan di lahan kritis bekas penggundulan hutan
seperti di Sumatera dan Kalimantan.
Hingga saat ini , para ilmuwan masih menyelidiki dengan
melakukan berbagai macam eksperimen untuk menguak berbagai manfaat dari kelor. Tentunya
membutuhkan waktu yang lama dan kerja yang cukup keras untuk menemukan manfaat
kelor yang selanjutnya . Ini dalam proses penelitian dan belum dapat dipublikasikan
secara luas karena belum diadakan eksperimen lanjutan untuk menguji manfaat
kelor selanjutnya.
Tanaman Kelor yang dibudidayakan di Indonesia masih
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan obat-obatan dan digunakan untuk sayur.
Namun, di Indonesia , kini dikembangkan teknologi tepat guna dengan penggunaan
bahan tanaman kelor, yakni menggunakan bagian tubuh tumbuhan kelor, yakni
bijinya. Biji tanaman kelor digunakan karena dianggap lebih mampu dalam
menyaring dan mengolah air dari air yang keruh dan mengandung banyak mikroba
berbahaya menjadi air dengan kualitas yang tidak kalah dengan kualitas pabrik .
Mengapa bisa ? Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa Oleifera) dapat
dikatakan penjernihan air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor
dapat menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung
dalam air.
Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di
daerah pedesaan yang banyak tumbuh pohon kelor. Kami mengambilnama Bike Magic
untuk alat teknologi yang kami bahas dalam karya tulis ilmiah ini. Tapi, bukan
berarti alat ini merupakan sepeda ajaib seperti jika diterjemahkan dari bahasa
inggris ke bahasa Indonesia. Namun Bike magic merupakan sebuah singkatan dari
alat teknologi yang kami bahas.
Singkatan dari Bike Magic Sebagai
Penjernih Air Berbasis Darling adalah :
-Bi yaitu Biji
-Ke yaitu kelor
-Magic yang berarti ajaib
- Dar yaitu sadar
- Ling yaitu lingkungan
-Bi yaitu Biji
-Ke yaitu kelor
-Magic yang berarti ajaib
- Dar yaitu sadar
- Ling yaitu lingkungan
Bike magic ini masih sangat jarang digunakan maupun
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini karena masyarakat kurang tahu dan
sepertinya tidak mau tahu dengan pemanfaatan biji kelor sebagai penyaring air
ini. Masyarakat rupanya masih beranggapan bahwa tanaman kelor yang bisa
dimanfaatkan hanya daunnya sebagai sayur dan akarnya sebagai bahan obat-obatan.
Padahal jika masyarakat mengetahui akan penemuan tekhnologi
ini , tentu masyarakat akan lebih mudah mendapatkan air bersih, baik untuk
mencuci, memasak maupun mandi. Ini dikarenakan Bike Magic tidak memerlukan
proses perebusan karena air yang dihasilkan dapat langsung dikonsumsi oleh
masyarakat.
Bike magic hanya menggunakan bahan biji kelor yang sudah tua
betul dan sufah kering. Ini dikarenakan biji kelor yang sudah tua betul dan
sudah kering mudah untuk ditumbuk menjadi halus . Ini karena kadar air dalam
biji kelor sudah menipis dan menghilang . Jika biji yang digunakan adalah biji
basah dan masih muda, ini menyulitkan pemrosesan penumbukan karena kadar air
dalam biji kelor masih tinggi. Jika kadar air tinggi, proses penumbukan untuk menghasilkan
biji yang halus sangat sulit, namun jika yang digunakan adalah biji yang sudah
tua dan kering, maka proses penumbukan untuk menghasilkan biji kelor yang halus
tentu juga mudah. Bike magic juga berguna bagi masyarakat karena biaya yang
dibutuhkan juga murah.Ini sangat sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat
Indonesia yang merupakan Negara berkembang.Memang , Tekhnologi tepat guna
memang ditujukan untuk masyarakat Negara berkembang dengan kondisi ekonomi
menengah ke bawah. Faktor lainnya adalah di negara berkembang masyarakatnya
masih kurang dapat alih tekhnologi modern.
Campur tangan tekhnologi modern kadang kala juga memberikan
efek penggunaan bahan kimia yang tentu erbahaya jika masuk ke dalam tubuh.
Namun, meskipun biji kelor juga mengandung senyawa kimia yang berfungsi sebagai
koagulan , senyawa ini fungsinya bukan untuk meracuni tubuh, namun berfungsi
untuk menggumpalkan kotoran yang terkandung dalam air yang akan disaring.
Bike Magic dapat pula digunakan untuk menyaring air sungai
da air sumur yang kadang mengandung kapur dan logam berat. Logam berat itu akan
dikoagulasikan oleh serbuk biji kelor yang telah ditumbuk dan dihaluskan untuk
digumpalkan. Setelah itu kotoran diendapkan didasar botol atau gelas. Setelah
menunggu kurang lebih selama 1 jam , air sudah dapat dikonsumsi, namun dengan
penyaringan menggunakan pasir secara sederhana terlebih dahulu untuk
mendapatkan hasil air yang benar-benar dapat dikonsumsi oleh tubuh.
Jika kita perhatikan, penyaringan air menggunakan bahan
kimia tidak memang dapat menghilangkan senyawa kimia berbahaya yang ada di
dalam air. Namun, meskipun hilang, kedudukan bahan kimia itu digantikan oleh
bahan kimia yang digunakan untuk menyaring air tadi.Sehingga, meskipun hilang,
bahan kimia tetap ada di dalam air, meskipun tingkat bahayanya untuk tubuh
menurun. Namun, kandungan kimia masih
ada didalam tubuh lewat penyaringan air, meskipun dalam prosentase kecil.
3. Proses Penjernihan
1. Biji kelor dibiarkan sampai matang
atau tua di pohon dan baru dipanen setelah kering. Sayap bijinya yang ringan
serta kulit bijinya mudah dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang putih.
Bila terlalu kering di pohon, polong biji akan pecah dan bijinya dapat melayang
“terbang” ke mana-mana.
2. Biji tak berkulit tersebut kemudian
dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk biji
Moringa
3. Jumlah bubuk biji moringa atau kelor yang
diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung
pada seberapa jauh kotoran yang terdapat di dalamnya
4. Untuk menangani air sebanyak 20 liter (1
jeriken), diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh
(5 ml).
5. Tambahkan sedikit air bersih ke dalam bubuk
biji sehingga menjadi pasta
6. Letakkan pasta tersebut ke dalam
botol yang bersih
7. Tambahkan ke dalamnya satu cup (200 ml) lagi
air bersih
8. Lalu kocok selama lima menit hingga campur
sempurna. Dengan cara tersebut, terjadilah proses aktivitasi senyawa kimia yang
terdapat dalam bubuk biji kelor.
9. Saringlah larutan yang telah
tercampur dengan koagulan biji kelor tersebut melalui kain kasa
10. Masukkan filtratnya ke dalam air 20 liter
(jeriken) yang telah disiapkan sebelumnya
11. Kemudian diaduk secara pelan-pelan
selama 10-15 menit.
12. Selama pengadukan, butiran biji yang
telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padatan
dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya
sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam
mengendap ke dasar air
13. Diamkan dan biarkan selama kurang
lebih 1 jam
14. Setelah satu jam, air bersihnya
dapat diisap keluar untuk keperluan keluarga.
4. Efisiensi Proses
Proses penjernihan air menggunakan bahan biji moringa / biji
kelor ini sangat efektif dan efisien. Efektif karena mudah dalam segi pemakaian
dan menggunakan waktu yang relatif lebih singkat daripada menggunakan biji
tumbuhan lain, seperti biji padi maupun jagung. Ini karena tumbukan halus biji
kelor dapat menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang
terkandung di dalam air. Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan
di daerah pedesaan yang banyak tumbuh pohon kelor.
Jika dikembangkan di daerah perkotaan mungkin sedikit sulit,
apalagi kelor adalah tumbuhan xerofit yang mampu tumbuh di tempat kering, namun
tidak seperti kaktus. Tempat kering yang dimaksud adalah tempat dengan curah
hujan minim setiap tahunnya. Jika dikembangkan di perkotaan harus menggunakan
system hidroponik yakni menanam dan membiakkan tumbuhan dengan media tanpa
tanah. Medianya bisa berupa arang , batu dan lain sebagainya.Cara ini memang
sebaiknya dikembangkan di kota besar yang minim akan kebutuhan air bersih.
Proses pembersihan tersebut menurut hasil penelitian yang
telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak
90-99,9% yang melekat pada partikel- partikel padat, sekaligus menjernihkan
air, yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan
sebagai air minum masyarakat setempat.
Namun demikian, beberapa mikroba patogen masih ada peluang
tetap berada di dalam air yang tidak sempat terendapkan, khususnya bila air
awalnya telah tercemar secara berat. Idealnya bagi kebutuhan air minum yang
pantas, pemurnian lebih lanjut masih perlu dilakukan, baik dengan cara memasak
atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang sederhana.
5. Keunggulan dan Kelemahan
Keunggulan :
1.
Caranya sangat mudah ,
2.
Tidak berbahaya bagi
kesehatan ,
3.
Dapat menjernihkan
air lumpur, maupun air keruh (keputih-putihan, kekuning-kuningan atau ke
abu-abuan)
4.
Kualitas air lebih baik , karena :
a. Kuman berkurang ,
b. Zat organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang , dan
c. Air lebih cepat mendidih
a. Kuman berkurang ,
b. Zat organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang , dan
c. Air lebih cepat mendidih
5.
Produk yang
dihasilkan bersifat back to nature yang ramah akan lingkungan dan dapat
mengurangi pemanasan global.
Kelemahan :
1.
Kelor tidak terdapat disemua daerah ,
2.
Air hasil penjernihan dengan kelor harus segera digunakan
dan tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya
3.
Penjernihan dengan
cara ini hanya untuk skala kecil
4.
Pengeringan biji kelor
harus sempurna, apabila pengeringan ”tidak sempurna” (kekurangan oksigen) biji
kelor akan kurang efektif dalam mengikat koloid partikel dalam air.
5.
Air hasil filtrasi
dengan Bike Magic masih perlu pemurnian lebih lanjut, baik dengan cara memasak
atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang sederhana
2 komentar:
terimakasih banyak, menambah wawasan...
http://tokoonlineobat.com/obat-sirosis-hati-alami/
Dimana bisa membeli bubuk biji kelor ataupun bike magic?
Terima kasih.
Posting Komentar